Kunjungan Netanyahu ke Gedung Capitol juga akan terjadi ketika hubungan antara Presiden Joe Biden dan Netanyahu memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Biden secara pribadi dan terbuka mengkritik cara Netanyahu menangani perang di Jalur Gaza dan pemerintah Israel karena tidak membiarkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
Akhir pekan lalu, Biden mengumumkan proposal gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza, memberikan tekanan yang semakin besar pada Netanyahu untuk mengakhiri perang. Banyak warga Israel yang mendesak Netanyahu untuk menerima proposal tersebut, namun sekutu sayap kanannya mengancam akan meninggalkan pemerintahan koalisinya jika dia melakukan hal tersebut.
Jika ancaman tersebut terjadi maka dapat membuat Netanyahu dihadapkan pada pemilu baru, pengawasan ketat atas kegagalan keamanan yang menyebabkan perang, dan jika dia kehilangan jabatan perdana menteri maka tuduhan korupsi terhadap dirinya yang sudah lama ada akan kembali jadi sorotan.
Tahap pertama dari proposal yang diusulkan akan mencakup gencatan senjata penuh dan menyeluruh, penarikan pasukan Israel dari daerah berpenduduk, pembebasan sejumlah sandera dan jenazah sandera, warga Palestina dapat kembali ke rumah-rumah mereka, dan lonjakan bantuan kemanusiaan.
Fase kedua adalah penghentian permusuhan secara permanen, pertukaran tahanan dan sisa sandera yang masih hidup, serta penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Tahap ketiga adalah rencana rekonstruksi besar-besaran Jalur Gaza dengan bantuan AS dan internasional dan pengembalian sisa jenazah sandera.
Netanyahu telah berulang kali menyebut gencatan senjata permanen di Jalur Gaza sebagai hal yang “tidak dapat dimulai” sampai Hamas dihancurkan. Hal ini dinilai melemahkan proposal yang disodorkan Biden.