Liputan6.com, Jakarta – Ada banyak hal yang bisa disoroti di momen Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, termasuk isu sampah pembalut dan popok bayi yang semakin menumpuk. Sebuah studi pada 2021 mencatat, penggunaan popok bayi mencapai 17,44 juta per hari, dan dapat menghasilkan limbah 3.488 ton setiap harinya.
Sedangkan untuk pembalut, potensi sampahnya mencapai 42 ribu ton per bulan. Ini berdasarkan populasi perempuan usia subur pada 2022 yang mencapai 73,44 juta orang dengan penggunaan 1.151,2 juta pembalut per bulan.
Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian terhadap dampak lingkungan dari produk sekali pakai semakin meningkat. Salah satu produk yang jadi sorotan adalah pembalut perempuan, yang sebagian besar terbuat dari plastik virgin dan bahan sintetis lain.
Saat jumpa pers Selasa, 4 Juni 2024, Tim Research and Development Uni-Charm Yukihito Ito mengatakan bahwa produk pembalut reguler biasanya menggunakan material yang berasal dari minyak bumi. Namun, jika digunakan terus menerus seperti saat ini, sumber daya alam itu berpotensi akan habis dalam 50 tahun.
Maka itu, Unicharm mulai mengembangkan inovasi baru produk pembalut yang terbuat dari bio-material tanaman tebu pada 2021. Berbeda dari minyak bumi yang cepat habis, bahan dasar tebu diklaim dapat diperbaharui, sehingga dapat mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan.
“Perusahaan kami menjadikan kontribusi terhadap perwujudan SGD’s sebagai purpose perusahaan,” ujar President Director of PT Uni-Charm Indonesia Tbk., Takumi Terawakawa. “Kami ingin mendorong perusahaan dan konsumen, serta masyarakat untuk mempraktikkan kebaikan kecil bagi manusia dan Bumi, supaya SGD’s ini bisa terwujud.”
Bio-material diklaim digunakan di beberapa bagian produk, seperti kemasan, top sheet, back sheet, side sheet, dan wing sheet. Seluruh bagian yang bersentuhan langsung dengan kulit menggunakan 100 persen bio-fiber, sehingga lebih lembut dari pembalut pada umumnya, menurut mereka.