Liputan6.com, Antartika – Para ilmuwan mengatakan bahwa bagi satwa liar Antartika paparan sinar matahari yang merusak telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Lubang dalam lapisan ozon, penghalang pelindung gas di bagian atas atmosfer, kini menggelayuti benua yang membeku ini selama lebih dari satu tahun.
Salah satu penyebab hilangnya ozon tersebut diyakini adalah jumlah asap dari kebakaran hutan Australia yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dipicu oleh perubahan iklim. Demikian seperti dilansir dari BBC, Minggu (9/6/2024).
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Global Change Biology.
Profesor biologi perubahan iklim dari University of Wollongong, Prof Sharon Robinson, mengatakan kepada BBC, “Ketika saya memberi tahu orang bahwa saya memiliki pekerjaan terkait lubang ozon mereka berkata ‘Oh, bukankah sudah lebih baik sekarang?”
Ilmuwan yang bekerja di Antartika menemukan lubang dalam lapisan ozon pada tahun 1985, dengan mengukur jumlah radiasi matahari yang mencapai Bumi.
Sejumlah besar senyawa, terutama CFC atau klorofluorokarbon, yang digunakan sebagai pendingin udara, menyebabkan penipisan ozon.
Pada tahun 1987, setiap negara setuju untuk menghapuskan sekelompok senyawa penyebab penipisan ozon. Hal tersebut merupakan kesepakatan yang dikenal sebagai Montreal Protocol (Protokol Montreal) dan dianggap sebagai perjanjian lingkungan yang paling sukses dalam sejarah.
Lapisan ozon kini mulai pulih. “Tetapi ada lubang di sebuah area di mana lapisan ozon sangat terdegradasi, yang muncul setiap musim semi di atas Antartika,” jelas Profesor Robinson, yang juga merupakan wakil direktur pusat penelitian Securing Antarctica’s Environmental Future di Universitas Wollongong.