Terapi kanker terkadang juga dapat memicu jenis kematian sel lainnya, seperti nekroptosis, di mana sel membengkak dan pecah daripada menyusut, dan fagosit juga secara efisien melahap jenis sel yang sekarat ini.
Namun, sel kanker yang sedang sekarat tidak selalu berjalan dengan senyap. Penelitian menunjukkan bahwa, dengan melepaskan sisa-sisa yang memicu peradangan, sel kanker yang sekarat terkadang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker yang masih hidup.
Fenomena ini, yang dikenal sebagai efek Révész, dapat membantu menjelaskan bagaimana beberapa jenis kanker dapat kembali setelah pengobatan. Efek ini pertama kali diamati pada tahun 1950-an pada tikus yang memiliki tumor.
Baru-baru ini, sebuah penelitian pada tikus dan sel dalam tabung laboratorium menemukan bahwa radiasi dan kemoterapi dapat memicu pelepasan sitokin proinflamasi, molekul yang dilepaskan oleh sel-sel kekebalan yang meningkatkan peradangan yang terkadang dapat mendukung pertumbuhan tumor.
“Akrofag, sejenis fagosit, melepaskan molekul-molekul ini dalam upaya untuk melawan kanker,” kata Dr. Dipak Panigrahy, salah satu penulis studi dan asisten profesor patologi di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, Amerika Serikat.