Cak Fauzi optimis, naiknya inflasi masih berdampak positif bagi perekonomian di Sumenep. Pasalnya, kenaikan angka inflasi itu juga ditopang oleh pertumbuhan ekonomi dari 3,11 persen menjadi 5,35 persen pada tahun 2024.
“Karena kita pertumbuhan ekonomi 3,11 naik ke 5,35 ini menunjukkan inflasi yang tinggi ditunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga. Inflasi yang terjadi di Sumenep inflasi positif,” ucapnya.
Cak Fauzi menegaskan, kenaikan inflasi di Sumenep tidak mengkhawatirkan karena stok bahan pokok di wilayah itu aman dan terkendali.
“Karena inflasi kita selalu ada setiap bulan, misalnya tembakau, karena harga tembakau tinggi. Karena saat ini produksi rokok UMKM banyak di Sumenep dan petani menikmati harga tersebut, Ketika petani menikmati harga tinggi, mereka membeli emas dan itu juga mempengaruhi,” ujarnya.
Selain itu, kata Cak Fauzi, untuk menjaga harga pokok tetap stabil menjelang hari raya Idul Fitri, bupati Fauzi mengintruksikan jajarannya untuk menggelar operasi pasar.
Menurut dia, langkah itu penting, agar harga-harga bahan pokok bisa tetap stabil dan selalu tersedia di pasaran.
“Tetapi kita tetap harus berusaha menurunkan angka inflasi rendah sekali. Harga yang mengalami inflasi bisa kita tekan sebaik mungkin. Kita tetap berusaha,” ucapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep, kenaikan inflasi y-on-y disebabkan oleh naiknya harga komoditas utama yakni beras sebesar 1,63 persen dan daging ayam ras 0,31 persen.
Sedangkan, kenaikan inflasi m-to-m sebesar sebesar 0,04 persen dari 0,73 pada bulan februari, menjadi 0,77 persen disebabkan kenaikan harga daging ayam sebesar 0,22 persen dan telur ayam ras sebesar 0,11 persen.
Selain di Sumenep, kenakan inflasi tertinggi y-on-y juga terjadi kabupaten Bojonegoro. Kenaikan inflasi itu dipicu lonjakan harga tomat sebesar 0,57 dan daging ayam ras sebesar 0,47 persen. Sedangkan, inflasi terendah terjadi di kabupaten Jember sebesar 2,53 persen.
Sementara itu, tingkat inflasi m-on-m tertinggi terjadi di kabupaten yakni mencapai 0,81 persen dan terendah di Banyuwangi sebesar 0,56 persen.