Tak hanya itu, akan ada 60 satelit mata-mata berukuran kecil dan mikro pada 2030 mendatang. Diharapkan, ini dapat membantu militer memantau Semenanjung Korea setiap 30 menit.
Satelit yang lebih kecil direncanakan untuk diluncurkan dengan roket luar angkasa berbahan bakar padat, buatan dalam negeri yang saat ini sedang dikembangkan. Pada Desember 2023, militer melakukan uji coba penerbangan ketiga roket luar angkasa berbahan bakar padat.
Target-target luar angkasa Korsel akan menjadi bagian dari apa yang disebut Space Gwanggaeto Project. Nama tersebut diambil dari nama Raja Gwanggaeto yang Agung yang memerintah kekaisaran Goguryeo di Semenanjung Korea hingga awal abad ke-5.
Korea Selatan menjadi negara ketujuh yang memiliki kendaraan peluncur luar angkasa. Bahkan negara ini juga memiliki teknologi pengembangan satelit dengan peluncuran roket Nuri pada Mei 2023 yang menempatkan satelit kelas komersial di orbit.
Peluncuran perdana Nuri berhasil menempatkan satelit dummy ke orbit rendah bumi. Kejadian ini menjadi tonggak sejarah bagi Korea Selatan.
Sebelum Korsel, negara Asia yang sudah lebih dulu menuju luar angkasa adalah China, India, dan Jepang. Program luar angkasa China telah mengembangkan roket pengangkat berat seperti Long March 5, stasiun luar angkasa Tiangong, wahana bulan tak berawak, dan penjelajah Zhurong yang mencapai Mars pada 2021.
Sementara, pada Januari, Jepang menjadi negara kelima yang menempatkan pendarat di bulan. Pada 2023, India juga menjadi negara keempat yang mendarat di bulan.
Sementara itu, Korea Selatan merencanakan setidaknya tiga peluncuran luar angkasa lagi pada 2027 dan memiliki rencana untuk meluncurkan satelit militer.
(Tifani)