Korea Utara dan Selatan sama-sama menggunakan balon dalam kampanye propaganda sejak Perang Korea pada tahun 1950-an.
Insiden baru-baru ini terjadi beberapa hari setelah Korea Utara mengatakan akan melakukan pembalasan terhadap “kegiatan menyebarkan selebaran dan sampah lainnya” di wilayah perbatasan yang kerap dilakukan oleh para aktivis di Korea Selatan.
Sebelumnya pada Selasa (28/5) malam, penduduk yang tinggal di utara ibu kota Korea Selatan, Seoul, dan di wilayah perbatasan menerima pesan teks dari pemerintah provinsi yang meminta mereka untuk “menahan diri dari aktivitas di luar ruangan”. Mereka juga diminta untuk membuat laporan ke pangkalan militer atau kantor polisi terdekat jika mereka melihat benda tak dikenal.
Foto-foto yang dibagikan di media sosial menunjukkan tas-tas yang diikatkan melalui tali ke balon putih tembus pandang yang membawa tisu toilet, tanah gelap, baterai, dan isi lainnya. Petugas polisi dan militer terlihat di beberapa foto ini.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan bahwa “beberapa balon yang jatuh membawa sesuatu yang terlihat seperti kotoran jika dilihat dari bau dan warna yang gelap”.
Militer Korea Selatan mengutuk tindakan tersebut sebagai “pelanggaran nyata terhadap hukum internasional”.
“Ini sangat mengancam keselamatan rakyat kami. Korea Utara sepenuhnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi akibat balon-balon tersebut dan kami dengan tegas memperingatkan Korea Utara untuk segera menghentikan tindakan tidak manusiawi dan kasar ini,” kata militer.
Selain propaganda anti-Pyongyang, para aktivis di Korea Selatan telah meluncurkan balon yang membawa antara lain uang tunai, konten media yang dilarang, dan bahkan Choco Pies – makanan ringan Korea Selatan yang dilarang di Korea Utara.