Liputan6.com, Sydney – Kurang lebih 50 pelajar dari berbagai sekolah dan daerah di New South Wales (NSW), Australia, termasuk Burwood Girls High School, St. Mary Star of the Sea College, Macarthur Anglican School, dan NSW School of Languages menghadiri kegiatan Indonesian Day pada Senin (3/6/2024) di NSW School of Languages di Petersham.
Kegiatan tersebut mendapat dukungan penuh dari Dubes Republik Indonesia (RI) untuk Australia Siswo Pramono; Konsul Jenderal RI Sydney Vedi Kurnia Buana serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra Mukhamad Najib. Di hadapan pejabat/perwakilan NSW Department of Education, Investment of NSW, Australia National University dan para pelajar yang hadir Dubes Siswo menyampaikan sejarah panjang dan kuatnya ikatan antara Indonesia dan Australia.
“Lebih dari 350 tahun yang lalu, telah terjadi ikatan sosial ekonomi antara nelayan Makassar dan Bugis dari Indonesia, dengan penduduk asli di bagian utara Australia. Ikatan tersebut dimulai dari perdagangan teripang, kemudian diperluas termasuk di dalamnya pertukaran bahasa dan budaya,” ujar Dubes Siswo seperti dikutip dari pernyataan tertulis KJRI Sydney, Jumat (7/6).
Dubes Siswo menggarisbawahi pula bahwa tahun ini Indonesia dan Australia merayakan 75 tahun hubungan diplomatik. Dia mengatakan bahwa salah satu fondasi hubungan bilateral kedua negara adalah Perjanjian Budaya yang disepakati pada tahun 1968, yang mempromosikan pengajaran bahasa Indonesia di Australia dan bahasa Inggris di Indonesia, serta memperdalam pemahaman tentang sejarah, budaya, dan kehidupan kedua negara.
Tidak lupa, Dubes Siswo juga menekankan pentingnya pembelajaran bahasa sebagai jembatan untuk memahami budaya dan cara hidup suatu negara.
“Australia dan Indonesia paham bahwa meskipun ikatan sejarah antara Indonesia dan Australia kuat, perlu ada pemahaman bersama tentang bahasa masing-masing. Bahasa adalah gerbang untuk memahami budaya dan cara hidup seseorang,” tegas Dubes Siswo.
Lebih lanjut, Dubes Siswo mendorong para pelajar kedua negara yang merupakan generasi milenial dan Generasi Z yang nantinya menjadi pemimpin di masa depan untuk mempersiapkan diri menjawab peluang dan tantangan masa depan di bidang ekonomi, sosial budaya dan geopolitik, termasuk meningkatnya peran dan postur Indonesia, melalui dialog inklusif dan pendekatan berbagi ‘sharing‘ lewat bahasa.
“Sharing (berbagi) dalam arti memberikan lebih banyak ruang pada identitas diri mereka akan membantu mereka mengakomodasi bahasa dan budaya selain budaya mereka sendiri. Sikap positif terhadap ‘berbagi’ akan memberikan mereka lebih banyak rasa empati dan keterampilan untuk meraih dialog inklusif,” tutur Dubes Siswo.