Liputan6.com, Melbourne – Toyota, Mazda, dan Subaru mengumumkan kemitraan untuk mengembangkan mesin pembakaran internal generasi baru yang lebih bersih, namun berbeda dengan Nissan. Jenama asal Jepang ini justru berhenti melakukan investasi pada mesin peminum bensin dan solar.
Nissan telah memperjelas bahwa mereka tidak akan lagi mengembangkan mesin pembakaran internal baru, menandakan peralihannya ke masa depan mobil listrik. Mereka mengatakan perusahaan telah mengeluarkan banyak uang untuk mesin konvensional.
“Masa depan kami adalah EV. Kami tidak berinvestasi pada powertrain baru untuk ICE (internal combustion engine), itu sudah pasti,” ungkap Francois Bailly, Senior Vice-President dan Chief Planning Officer Nissan untuk kawasan Afrika, Timur Tengah, India, Eropa, dan Oseania kepada media Australia, Drive, Senin (3/6/2024).
Kendati investasi akan berhenti, dengan melihat perkembangan pasar dan kesiapan akan adopsi mesin listrik yang berbeda-beda, Nissan tetap akan menawarkan mobil pembakaran internal. Hanya saja, mesinnya akan tetap memakai mesin lama yang sudah ada.
Lebih lanjut, Bailly memaparkan bahwa transisi ke model listrik penuh akan dilakukan melalui teknologi e-Power milik Nissan, yang mana itu adalah sistem hybrid yang memfungsikan mesin pembakaran sebagai generator untuk mengisi daya baterai.
Sistem hybrid Nissan e-Power saat ini tersedia pada SUV Qashqai dan X-Trail, namun komentar Bailley tampaknya mengindikasikan bahwa sistem tersebut akan berkembang biak di seluruh jajaran SUV Nissan lainnya.
Menandaskan pernyataannya, Bailley menekankan bahwa penghentian mobil pembakaran internal akan bergantung pada kesiapan dari tiap kawasan dan itu akan dilakukan secara bertahap.
“Pasar Afrika (masih mengandalkan) seperti Euro2, Euro4, jadi laju penurunan (penggunaan mobil konvensional) sangat bergantung pada pasar per pasar, namun investasi kami jelas. Ini EV, perkuat e-Power,” tukasnya.