Liputan6.com, Jakarta – Perubahan iklim menjadi masalah yang krusial saat ini. Bahkan sekjen PBB sempat menyatakan bahwa kini sudah bukan di era global warming, tapi menuju sudah global boiling atau pendidihan global.
Dalam International Tourism Investment Forum (ITIF) 2024, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong mengungkap, krisis iklim harus jadi perhatian semua stakeholder, bukan hanya pemerintah. Dampak krisis iklim ini memengaruhi segala aspek kehidupan, dari bencana banjir, kekeringan, panas ekstrem, kemarau panjang yang berpengaruh pada ketersedian air hingga ketersediaan pangan, dan munculnya berbagai penyakit.
Krisis polusi juga mengancam, karena sudah masuk ke medium air, tanah, dan bahan kimia sintetik, plastik, dan tidak hanya berdampak pada ekosistem tapi juga yang masuk dalam rantai makanan. Polusi juga menjadi penyakit utama dan penyebab kematian
Setidaknya sebanyak 9 juta kematian dini akibat penyakit yang terkait polusi, dengan 80 persen populasi perkotaan terpapar udara polusi. Polusi, kata Alue Dohong, berdampak pada ekosistem, pengasaman laut, penipisan ozon, dan masalah biodiversity.
“Saya selalu bicara masa depan Indonesia, visi baru biodiversity sebagai tulang punggung bio ekonomi kita ke depan,” sebut Alue menyambung soal biodiversity yang ikut terancam karena dampak perubahan iklim di ITIF 2024, yang disiarkan melalui YouTube Kemenparekraf, Kamis (6/6/2024).
Indeks Kehati Global menyebut bahwa Indonesia berada di posisi ke-2 sebagai negara dengan kekayaan hayati terbesar setelah Brasil. Tapi, Alue menyebut bahwa akibat pengelolaan lingkungan yang tidak baik, polusi, perubahan iklim bisa membuat biodiversity yang berupa kekayaan flora dan fauna, serta potensi hutan mengalami penurunan.
“Jika tidak dijaga maka bio ekonomi Indonesia ikut terancam dan kita kehilangan potensi ekonomi Indonesia ke depan,” terangnya.